KRITIK ARSITEKTUR - KRITIK NORMATIF

KRITIK NORMATIF


book aesthetics.
Hakikat kritik normatif adalah :
·         Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
·         Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
·         Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
·         Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi



Kritik Normatif terbagi dalam 4 metode yaitu :  
a.    Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur.
b.     Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
c. Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik.
d.  Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuandalam hal ini akan dibahas mengenai metode Tipe. Metode Tipe adalahsuatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik.

1.  K  R  I  T  I  K    D  O  K  T  R  I  N  A  L


P e n g e r t i a n

·         Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
·         Sejarah arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.






·         Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui norma yang berkembang seperti :
o   Form Follow Function

o   Function Follow Form

o   Form Follow Culture

o   Form Follow World View

o   Less is More

o   Less is Bore

o   Big is beauty
o   Buildings should be what they wants to be
o   Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods, Regional Climate and Material
o   Ornament is Crime
o   Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.
·         Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi arsitektur yang diharapkan.
 
K e u n t u n g a n  K r i t i k  D o k t r i n a l
·         Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam arsitektur dengan demikian arsitek dapat mempunyai landasan yang tidak meragukan lagi dalam desain
·         Dengan doktrin tertentu yang diyakini arsitek dapat mempunyai arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
·         Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang.
·         Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
·         Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
·         Memperkaya penafsiran

K e u n t u n g a n   K r i t i k   D o k t r i n a l
·           Mendorong segala sesuatunya tampak mudah dan mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana ditengah-tengah kompleksitas arsitektur.
·           Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal dan meletakkan kesalahan pada prinsip lain yang tidak sepaham.
·           Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
·           Terdapat kecenderungan untuk memandang arsitektur secara partial dan tidak bersifat holistik
·           Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
·           Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur

E k s i s t i n g    D o k t r i n    d a l a m    S e j a r a h   A r s i t e k t u r

Dapat diidentifikasi empat eksisting doktrin yang berkembang dalam pengambilan keputusan desain dalam fragmen sejarah arsitektur yang telah berlangsung :

a. Utilitarian                  
o   Doktrin yang mengacu pada progress harga
o   Keputusan arsitektur mengarahkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas

b. Preservasionist  
o   Doktrin yang cenderung mengacu pada isme lama
o   Berorientasi pada paham yang bersifat immateri
o   Tidak berorientasi pada bahan atau material

c. Tidy Minded                
o   Doktrin yang mengacu pada keteraturan
o   Tahap pengambilan keputusan yang sistematik
o   Berpikir detail dan cermat sebelum melanjutkan pada langkah berikutnya

d. The Improver
o   Berpikir inovatif
o   Menggali kemungkinan-kemungkinan baru dari kegagalan masa lalu
o   Menyesuaikan pola-pola yang ada terhadap pola-pola baru yang muncul
o   Ada keinginan yang kuat untuk mempertinggi kualitas karena kebaruan

K e s i m p u l a n    K r i t i k   D o k t r i n a l

·           Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi mutakhir
·           Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya
·           Jika akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat
·           Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat
·           Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya

2.  K  R  I  T  I  K     S  I  S  T  E  M  A  T  I  K

L a t a r    B e l a k a n g

·       Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan desain
·      Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
·       Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
·       Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia
Menurut (Huxtable, 1976, Kicked a Building Lately, Quadrangle, New York)
Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated (canggih).
o      Apa sajakah bagian-bagiannya?
o      Bagaimana ia bekerja?
o      Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?
o      Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat sebagaimana yang dibutuhkan klien?
o      Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?
o      Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

B e b e r a p a    V a r i a s i   S i s t e m

Albert Bush-Brown, 1959 :
Beberapa sistem untuk mengevaluasi lingkungan fisik adalah commodity (komoditas), firmness (kekokohan) dan delight (kesenangan)
o  Sistem harus didasarkan pada tiga elemen
o  Asumsinya bahwa arsitektur yang baik tidak sekadar kokoh. Kekokohan (firmness) akan bermakna jika dihubungkan dengan kelayakan fungsinya (commodiousness) dan kapasitasnya untuk meningkatkan kualitas aktifitas dan penglaaman manusia (delight)

Viruvius, The Ten Books of Architecture, 1900

o  Sistem Bangunan :
Firmitas   ( Kekokohan)
Utilitas     ( Kegunaan )
Venustas ( Keindahan )


John Ruskin,1851 :
Beberapa sistem yang dibutuhkan bangunan (masih dapat diidentifikasi dari konsepnya Vitruvius) :
o  Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya untuk meningkatkan cara yang paling baik
o  Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian-bagiannya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik
o  Bahwa bangunan harus tampak baik, dan mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik yang dilakukannya atau yang dikatakannya
Hillier, Musgrove, O’Sullivan (1972)
Berbeda dengan Vitruvius, bahwa bangunan harus bertindak :
o   Climate Modifier  (Pengatur Iklim)
o   Container of Activities  (Pewadah aktifitas)
o   Symbolic and Cultural Object  (Objek Simbol dan Budaya)
o   Addition of Value to Raw Materials  (Memberi nilai terhadap material yang kasar)

Geofrey Broadbent

Menambahkan :

o   Having Environment Impact ( Memiliki dampak lingkungan)


Christian Norberg Schulz (1965)
Mengembangkan Tripartiete system :
o   Building Task ( Tugas Bangunan)
o   Form (Bentuk )
o   Technics (Teknik Membangun)
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :
·    Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung indikasi elements and relations.
·    Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan.
          Melahirkan konsep  :
o  Mass (massa),  Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
o  Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa
o  Surface (permukaan), batas massa dan ruang
·      Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi-dimensi
·      Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
·    Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.

3.  K  R  I  T  I  K    T  E  R  U  K  U  R
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.
·         Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
·         Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
·         Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
·         Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
a.      Ukuran batas minimum atau maksimum
b.     Ukuran batas rata-rata (avarage)
c.      Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Contoh :
Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif :
-          Batas maksimal ketinggian bangunan
-          Batas sempadan bangunan dan luas terbangun
-          Batas ketinggian pagar yang diijinkan
-          Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi reflektor curtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.
·         Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma
Contoh :
Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga.
·         Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada  ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu  merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
·         Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai berikut:
1.              Tujuan Teknis ( Technical Goals)
2.              Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
3.              Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
T u j u a n   T e k n i s
Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis
Contoh :
Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :
a.       Stabilitas Struktur
-        Daya tahan terhadap beban struktur
-        Daya tahan terhadap benturan
-        Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
-        Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem
b.      Ketahanan Permukaan Secara Fisik
-       Ketahanan permukaan
-       Daya tahan terhadap gores dan coretan
-       Daya serap dan penyempurnaan air
c.       Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
-       Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
-       Timbunan debu yang mungkin menempel
-       Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak
-       Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

T u j u a n   F u n g s i o n a l
            Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas tersebut
Pertimbangan yang diperlukan :
-          Keberlangsungan fungsi dengan baik
-          Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi
-          Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
-          Kemudahan-kemudahan penggunaan,
-          Pencapaian dan sebagainya.
Tujuan Perilaku
            Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
            Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man-Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

1.          Persepsi Visual Lingkungan Fisik
Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
2.    Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik
Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi
Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
3.       Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.
Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

4.  K  R  I  T  I  K     T  I  P  I  K  A  L

·         Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
·         Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.
·         Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :
Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
·         March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
·         Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik





E l e m e n   K r i t i k   T i p i k a l
Typical Criticsm didasarkan atas :
1.       Struktural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.
-          Jenis bahan
-          Sistem struktur
-          Pemipaan
-          Duckting dsb.
2.       Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
-          Kebutuhan pada ruang kelas
-          Kebutuhan auditorium
-          Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3.       Form (Bentuk)
-          Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
-          Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
-          Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.
Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard :
            Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia.  Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

K e u n t u n g a n   K r i t i k   T i p i k a l

1.     Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
2.     Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
3.     Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
4.     Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
5.     Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

K e r u g i a n    K r i t i k   T i p i k a l


1.       Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
2.       Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3.       Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4.       Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5.       Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

A k i b a t   K r i t i k   T i p i k a l


1.       Munculnya Semiotica dalam arsitektur,  satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoritic
2.       Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
3.       Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan
4.       Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan secara individual.


1.  K  R  I  T  I  K    D  O  K  T  R  I  N  A  L


P e n g e r t i a n

·         Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
·         Sejarah arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.






·         Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui norma yang berkembang seperti :
o   Form Follow Function

o   Function Follow Form

o   Form Follow Culture

o   Form Follow World View

o   Less is More

o   Less is Bore

o   Big is beauty
o   Buildings should be what they wants to be
o   Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods, Regional Climate and Material
o   Ornament is Crime
o   Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.
·         Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi arsitektur yang diharapkan.
 
K e u n t u n g a n  K r i t i k  D o k t r i n a l
·         Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam arsitektur dengan demikian arsitek dapat mempunyai landasan yang tidak meragukan lagi dalam desain
·         Dengan doktrin tertentu yang diyakini arsitek dapat mempunyai arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
·         Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang.
·         Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
·         Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
·         Memperkaya penafsiran

K e u n t u n g a n   K r i t i k   D o k t r i n a l
·           Mendorong segala sesuatunya tampak mudah dan mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana ditengah-tengah kompleksitas arsitektur.
·           Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal dan meletakkan kesalahan pada prinsip lain yang tidak sepaham.
·           Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
·           Terdapat kecenderungan untuk memandang arsitektur secara partial dan tidak bersifat holistik
·           Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
·           Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur

E k s i s t i n g    D o k t r i n    d a l a m    S e j a r a h   A r s i t e k t u r

Dapat diidentifikasi empat eksisting doktrin yang berkembang dalam pengambilan keputusan desain dalam fragmen sejarah arsitektur yang telah berlangsung :

a. Utilitarian                  
o   Doktrin yang mengacu pada progress harga
o   Keputusan arsitektur mengarahkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas

b. Preservasionist  
o   Doktrin yang cenderung mengacu pada isme lama
o   Berorientasi pada paham yang bersifat immateri
o   Tidak berorientasi pada bahan atau material

c. Tidy Minded                
o   Doktrin yang mengacu pada keteraturan
o   Tahap pengambilan keputusan yang sistematik
o   Berpikir detail dan cermat sebelum melanjutkan pada langkah berikutnya

d. The Improver
o   Berpikir inovatif
o   Menggali kemungkinan-kemungkinan baru dari kegagalan masa lalu
o   Menyesuaikan pola-pola yang ada terhadap pola-pola baru yang muncul
o   Ada keinginan yang kuat untuk mempertinggi kualitas karena kebaruan

K e s i m p u l a n    K r i t i k   D o k t r i n a l

·           Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi mutakhir
·           Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya
·           Jika akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat
·           Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat
·           Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya

2.  K  R  I  T  I  K     S  I  S  T  E  M  A  T  I  K

L a t a r    B e l a k a n g

·       Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan desain
·      Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
·       Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
·       Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia
Menurut (Huxtable, 1976, Kicked a Building Lately, Quadrangle, New York)
Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated (canggih).
o      Apa sajakah bagian-bagiannya?
o      Bagaimana ia bekerja?
o      Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya?
o      Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat sebagaimana yang dibutuhkan klien?
o      Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?
o      Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

B e b e r a p a    V a r i a s i   S i s t e m

Albert Bush-Brown, 1959 :
Beberapa sistem untuk mengevaluasi lingkungan fisik adalah commodity (komoditas), firmness (kekokohan) dan delight (kesenangan)
o  Sistem harus didasarkan pada tiga elemen
o  Asumsinya bahwa arsitektur yang baik tidak sekadar kokoh. Kekokohan (firmness) akan bermakna jika dihubungkan dengan kelayakan fungsinya (commodiousness) dan kapasitasnya untuk meningkatkan kualitas aktifitas dan penglaaman manusia (delight)

Viruvius, The Ten Books of Architecture, 1900

o  Sistem Bangunan :
Firmitas   ( Kekokohan)
Utilitas     ( Kegunaan )
Venustas ( Keindahan )


John Ruskin,1851 :
Beberapa sistem yang dibutuhkan bangunan (masih dapat diidentifikasi dari konsepnya Vitruvius) :
o  Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya untuk meningkatkan cara yang paling baik
o  Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian-bagiannya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik
o  Bahwa bangunan harus tampak baik, dan mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik yang dilakukannya atau yang dikatakannya
Hillier, Musgrove, O’Sullivan (1972)
Berbeda dengan Vitruvius, bahwa bangunan harus bertindak :
o   Climate Modifier  (Pengatur Iklim)
o   Container of Activities  (Pewadah aktifitas)
o   Symbolic and Cultural Object  (Objek Simbol dan Budaya)
o   Addition of Value to Raw Materials  (Memberi nilai terhadap material yang kasar)

Geofrey Broadbent

Menambahkan :

o   Having Environment Impact ( Memiliki dampak lingkungan)


Christian Norberg Schulz (1965)
Mengembangkan Tripartiete system :
o   Building Task ( Tugas Bangunan)
o   Form (Bentuk )
o   Technics (Teknik Membangun)
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :
·    Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung indikasi elements and relations.
·    Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan.
          Melahirkan konsep  :
o  Mass (massa),  Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
o  Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa
o  Surface (permukaan), batas massa dan ruang
·      Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi-dimensi
·      Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
·    Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.

3.  K  R  I  T  I  K    T  E  R  U  K  U  R
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.
·         Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
·         Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
·         Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
·         Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
a.      Ukuran batas minimum atau maksimum
b.     Ukuran batas rata-rata (avarage)
c.      Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Contoh :
Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif :
-          Batas maksimal ketinggian bangunan
-          Batas sempadan bangunan dan luas terbangun
-          Batas ketinggian pagar yang diijinkan
-          Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi reflektor curtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.
·         Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma
Contoh :
Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga.
·         Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada  ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu  merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
·         Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai berikut:
1.              Tujuan Teknis ( Technical Goals)
2.              Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
3.              Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
T u j u a n   T e k n i s
Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis
Contoh :
Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :
a.       Stabilitas Struktur
-        Daya tahan terhadap beban struktur
-        Daya tahan terhadap benturan
-        Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
-        Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem
b.      Ketahanan Permukaan Secara Fisik
-       Ketahanan permukaan
-       Daya tahan terhadap gores dan coretan
-       Daya serap dan penyempurnaan air
c.       Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
-       Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
-       Timbunan debu yang mungkin menempel
-       Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak
-       Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

T u j u a n   F u n g s i o n a l
            Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas tersebut
Pertimbangan yang diperlukan :
-          Keberlangsungan fungsi dengan baik
-          Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi
-          Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
-          Kemudahan-kemudahan penggunaan,
-          Pencapaian dan sebagainya.
Tujuan Perilaku
            Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
            Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man-Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

1.          Persepsi Visual Lingkungan Fisik
Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
2.    Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik
Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi
Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
3.       Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia.
Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.
Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

4.  K  R  I  T  I  K     T  I  P  I  K  A  L

·         Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
·         Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.
·         Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :
Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
·         March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
·         Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik





E l e m e n   K r i t i k   T i p i k a l
Typical Criticsm didasarkan atas :
1.       Struktural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.
-          Jenis bahan
-          Sistem struktur
-          Pemipaan
-          Duckting dsb.
2.       Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
-          Kebutuhan pada ruang kelas
-          Kebutuhan auditorium
-          Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3.       Form (Bentuk)
-          Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
-          Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
-          Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.
Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard :
            Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia.  Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

K e u n t u n g a n   K r i t i k   T i p i k a l

1.     Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
2.     Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
3.     Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
4.     Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
5.     Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

K e r u g i a n    K r i t i k   T i p i k a l


1.       Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
2.       Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3.       Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4.       Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5.       Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

A k i b a t   K r i t i k   T i p i k a l


1.       Munculnya Semiotica dalam arsitektur,  satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoritic
2.       Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
3.       Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan
4.       Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan secara individual.

  
   1.  K  R  I  T  I  K    D  O  K  T  R  I  N  A  L

P e n g e r t i a n

Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.
Sejarah arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.






Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui norma yang berkembang seperti :
o Form Follow Function
o Function Follow Form
o Form Follow Culture
o Form Follow World View
o Less is More
o Less is Bore
o Big is beauty
o Buildings should be what they wants to be
o Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction Methods, Regional Climate and Material
o Ornament is Crime
o Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.
Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi arsitektur yang diharapkan. 

K e u n t u n g a n  K r i t i k  D o k t r i n a l
Dapat menjadi guideline tunggal sehingga terlepas dari pemahaman yang samar dalam arsitektur dengan demikian arsitek dapat mempunyai landasan yang tidak meragukan lagi dalam desain
Dengan doktrin tertentu yang diyakini arsitek dapat mempunyai arah yang lebih jelas dalam pengambilan keputusan
Dapat memberikan daya yang kuat dalam menginterpretasi ruang.
Dengan doktrin perancang merasa bergerak dalam nilai moralitas yang benar
Memberikan kepastian dalam arsitektur yang ambigu
Memperkaya penafsiran

K e u n t u n g a n   K r i t i k   D o k t r i n a l
Mendorong segala sesuatunya tampak mudah dan mengarahkan penilaian menjadi lebih sederhana ditengah-tengah kompleksitas arsitektur.
Menganggap kebenaran dalam lingkup yang tunggal dan meletakkan kesalahan pada prinsip lain yang tidak sepaham.
Meletakkan kebenaran lebih kepada pertimbangan secara individual
Terdapat kecenderungan untuk memandang arsitektur secara partial dan tidak bersifat holistik
Memungkinkan tumbuhnya pemikiran dengan kebenaran yang “absolut”
Memperlebar konflik dalam tingkat teoritik dalam arsitektur

E k s i s t i n g    D o k t r i n    d a l a m    S e j a r a h   A r s i t e k t u r

Dapat diidentifikasi empat eksisting doktrin yang berkembang dalam pengambilan keputusan desain dalam fragmen sejarah arsitektur yang telah berlangsung :

a. Utilitarian
o Doktrin yang mengacu pada progress harga
o Keputusan arsitektur mengarahkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas

b. Preservasionist
o Doktrin yang cenderung mengacu pada isme lama
o Berorientasi pada paham yang bersifat immateri
o Tidak berorientasi pada bahan atau material

c. Tidy Minded
o Doktrin yang mengacu pada keteraturan 
o Tahap pengambilan keputusan yang sistematik 
o Berpikir detail dan cermat sebelum melanjutkan pada langkah berikutnya

d. The Improver
o Berpikir inovatif
o Menggali kemungkinan-kemungkinan baru dari kegagalan masa lalu
o Menyesuaikan pola-pola yang ada terhadap pola-pola baru yang muncul
o Ada keinginan yang kuat untuk mempertinggi kualitas karena kebaruan

K e s i m p u l a n    K r i t i k   D o k t r i n a l

Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan fungsi mutakhir
Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan sebelumnya
Jika akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat
Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat
Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan masyarakatnya 


2.  K  R  I  T  I  K     S  I  S  T  E  M  A  T  I  K

L a t a r    B e l a k a n g
Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan untuk mendukung satu keputusan desain
Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai : menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa (out of dated )
Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan kota.
Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia
Menurut (Huxtable, 1976, Kicked a Building Lately, Quadrangle, New York)
Kritik arsitektur sedang dihadapkan hanya dengan sekadar produksi bangunan yang indah. Bahwa kini kita kewalahan menghitung beragam cara memenuhi kondisi kebutuhan lingkungan yang kompleks dan sophisticated (canggih). 
o   Apa sajakah bagian-bagiannya? 
o   Bagaimana ia bekerja? 
o   Bagaimana ia dikaitkan dengan apa yang ada di sekitarnya? 
o   Bagaimana bangunan dapat memuaskan manusia dan masyarakat sebagaimana yang dibutuhkan klien? 
o   Bagaimana kelayakannya terhadap organism secara lebih luas, komunitas?
o   Apa nilai tambah atau kurang terhadap dan dari kualitas hidup?

B e b e r a p a    V a r i a s i   S i s t e m

Albert Bush-Brown, 1959 :
Beberapa sistem untuk mengevaluasi lingkungan fisik adalah commodity (komoditas), firmness (kekokohan) dan delight (kesenangan)
o Sistem harus didasarkan pada tiga elemen 
o Asumsinya bahwa arsitektur yang baik tidak sekadar kokoh. Kekokohan (firmness) akan bermakna jika dihubungkan dengan kelayakan fungsinya (commodiousness) dan kapasitasnya untuk meningkatkan kualitas aktifitas dan penglaaman manusia (delight)
Viruvius, The Ten Books of Architecture, 1900
o Sistem Bangunan :
Firmitas ( Kekokohan)
Utilitas ( Kegunaan )
Venustas ( Keindahan )


John Ruskin,1851 :
Beberapa sistem yang dibutuhkan bangunan (masih dapat diidentifikasi dari konsepnya Vitruvius) :
o Bahwa bangunan harus bertindak baik, dan memperlakukan segala sesuatunya untuk meningkatkan cara yang paling baik 
o Bahwa bangunan harus berbicara yang baik. Dan mengatakan pada bagian-bagiannya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik
o Bahwa bangunan harus tampak baik, dan mempersilahkan kita melalui keberadaannya baik yang dilakukannya atau yang dikatakannya
Hillier, Musgrove, O’Sullivan (1972)
Berbeda dengan Vitruvius, bahwa bangunan harus bertindak :
o Climate Modifier  (Pengatur Iklim)
o Container of Activities  (Pewadah aktifitas)
o Symbolic and Cultural Object  (Objek Simbol dan Budaya)
o Addition of Value to Raw Materials  (Memberi nilai terhadap material yang kasar)
Geofrey Broadbent
Menambahkan :
o Having Environment Impact ( Memiliki dampak lingkungan)

Christian Norberg Schulz (1965) 
Mengembangkan Tripartiete system :
o Building Task ( Tugas Bangunan)
o Form (Bentuk )
o Technics (Teknik Membangun)
Kritik sistematik dikembangkan dari satu analisis :
Bahwa Problem arsitek adalah membangun sistem dalam kategori-kategori formal yang tidak memungkinkan kita untuk melukiskannya dan membandingkannya dalam struktur yang formal. Ketika kita mengatakan bahwa analisis formal mengandung indikasi elements and relations.
Elements (bagian bentuk arsitektur ), bermakna bahwa kita harus memperlakukan objek sebagai dimensi kesebandingan. 
Melahirkan konsep  : 
o Mass (massa),  Bentuk wujud tiga dimensi yang terpisah dari lingkungan
o Space (ruang), Volume batas-batas permukaan di sekeliling massa 
o Surface (permukaan), batas massa dan ruang
Relations , bahwa kita menterjemahkan saling keterhubungan ini diantara dimensi-dimensi
Capacity of the structure, kelayakan untuk mendukung tugas bangunan
Valuable, nilai yang dikandung yang mengantarkan kepada rasa manusia untuk mengalami ruang.

3.  K  R  I  T  I  K    T  E  R  U  K  U  R
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.
Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya. 
Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
a. Ukuran batas minimum atau maksimum
b. Ukuran batas rata-rata (avarage)
c. Kondisi-kondisi yang dikehendaki
Contoh :
Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif :
- Batas maksimal ketinggian bangunan
- Batas sempadan bangunan dan luas terbangun
- Batas ketinggian pagar yang diijinkan
- Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi reflektor curtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air bersih dsb.
Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma
Contoh : 
Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga.
Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada  ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang selalu  merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai berikut:
1. Tujuan Teknis ( Technical Goals)
2. Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
3. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
T u j u a n   T e k n i s
Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis
Contoh :
Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :
a. Stabilitas Struktur
- Daya tahan terhadap beban struktur
- Daya tahan terhadap benturan
- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan
- Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem
b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik
- Ketahanan permukaan
- Daya tahan terhadap gores dan coretan
- Daya serap dan penyempurnaan air
c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan
- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda
- Timbunan debu yang mungkin menempel
- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak
- Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan teknis dan alami.

T u j u a n   F u n g s i o n a l
Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat digunakan untuk aktifitas tersebut
Pertimbangan yang diperlukan :
- Keberlangsungan fungsi dengan baik
- Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi 
- Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan
- Kemudahan-kemudahan penggunaan,
- Pencapaian dan sebagainya.
Tujuan Perilaku
Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk fisik bangunan. Behaviour Follow Form
Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology in Carson, Daniel,(ed) “Man-Environment Interaction-5” Environmental Design Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon yang dituju :

1. Persepsi Visual Lingkungan Fisik
Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori penggunaan tertentu.
2. Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik 
Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang terhadap berbagai ragam objek atau situasi
Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan bangunan yang baru.
3. Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku manusia. 
Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-kelompok sosial dsb.
Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.
Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor. 

4.  K  R  I  T  I  K     T  I  P  I  K  A  L 
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi.
Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :
Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik





E l e m e n   K r i t i k   T i p i k a l 
Typical Criticsm didasarkan atas :
1. Struktural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula. 
- Jenis bahan
- Sistem struktur
- Pemipaan
- Duckting dsb.
2. Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
- Kebutuhan pada ruang kelas
- Kebutuhan auditorium
- Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3. Form (Bentuk)
- Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
- Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.
- Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.
Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard : 
Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia.  Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.

K e u n t u n g a n   K r i t i k   T i p i k a l
1. Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
2. Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
3. Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
4. Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
5. Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.

K e r u g i a n    K r i t i k   T i p i k a l

1. Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
2. Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3. Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4. Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5. Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

A k i b a t   K r i t i k   T i p i k a l

1. Munculnya Semiotica dalam arsitektur,  satu bentuk ilmu sistem tanda (Science of sign systems) yang mengadopsi dari tipe ilmu bahasa. Walaupun kemudian banyak pakar menyangsikan kesahihan tipe ini. Dan menyebut Semiotica dalam arsitektur sebagai bentuk pseudo theoritic
2. Munculnya Pattern Language sebagaimana telah disusun oleh Christoper Alexander
3. Banyak penelitian yang mengarah pada penampilan bentuk bangunan
4. Lahirnya arsitektur yang tidak memiliki keunikan dan bangunan secara individual.



CONTOH KRITIK TIPIKAL




Bangunan seluas  area 23178.0 m2 ini di desain oleh Víctor Eusa pada tahun 1935.  dan selesai dibangun pada tahun1943. Bangunan landmark modern ini awalnya terdiri dari dari bangunan utama yang merupakan rumah sakit dan residence untuk biarawan. Namun, pada tahun 2016 bangunan ini mengalami perbaikan dengan total konstruksi baru seluas 23. 178m2 dan reform sebesar 5.822m2. 


Sekarang rumah sakit umum yang sudah ditambah terdiri dari fasilitas ruangan  yang cukup beragam seperti: ruangan pediatri, ruang medis, ruang operasi, ruang khusus kardiologi, opthamologi, ginekologi,gastroentrologi, dll.
 dengan kategori kamar pasien yang beragam, seperti,:
Executive Suite 1
Executive Suite 2
Small Suite
Private A
Private B

dari segi bentuk dan citra bangunan, bangunan ini dari luar (eksterior) berwarna putih dengan fasad alumunium yang dinamis namun tidak eksentrik, sebagaimana harusnya bangunan rumah sakit. Bagian rumah sakit terlihat kontras dengan bangunan biarawan di sebelahnya yang lebih mengesankan homey dan nyaman dibandingkan bangunan rumah sakit yang mengesankan clean. 

Interior pada bangunan ini pun mengesankan clean selayaknya rumah sakit pada umumnya dengan pencahayaan dan bukaan maksimal alami yang nyaman bagi suasana  da fungsi rumah sakit.serta, memiliki sirkulasi yang efisien dan gampang sesuai dengan standar rumah sakit umum.

selain itu, struktur bangunan ini menggunakan sistem grid sederhana yang efektif bagi organisasi ruang sebuah rumah sakit pada umumnya.

Comments

Popular posts from this blog

ANALOGI DALAM ARSITEKTUR

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan