KAWASAN DAN DESAIN (Revitalisasi kawasan pusaka Kota Bogor - Pecinan, Suryakencana)


C. GAMBARAN KAWASAN BUDAYA

            Kondisi Umum Lanskap Kawasan Pecinan Suryakencana Kawasan Pecinan Suryakencana merupakan salah satu pusat perniagaan di Kota Bogor. Salah satu ciri khas lanskap kawasan ini yaitu dipadati dengan bangunan pertokoan di sepanjang jalan utama, yaitu Jalan Suryakencana. Banyaknya pedagang khususnya pedagang kaki lima di tempat ini menjadikan lanskap kawasan pecinan menjadi semakin kumuh terutama pada bagian depan Jalan Suryakencana di mana terdapat Pasar Bogor. Karakter fisik kawasan pecinan Kota Bogor dari tahun ke tahun mulai memudar dan mengalami degradasi. Klenteng Hok Tek Bio (Vihara Dhanagun) yang merupakan salah satu landmark kawasan ini semakin tenggelam dengan keramaian dan perkembangan pasar yang semakin ramai dan tidak teratur. Banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di depan ruko sehingga banyak pemilik toko yang kemudian mengeluhkan keberadaan PKL ini karena seringkali menghambat transaksi jual beli. Tak hanya itu, PKL menggunakan hampir seluruh bagian trotoar sehingga mempersempit ruang bagi pejalan kaki.

Pedagang Kaki Lima (PKL) di depan ruko
(Sumber: maps.google.com)

            Sebagai salah satu kawasan strategis budaya dapat ditemukan banyak bangunan-bangunan tua dengan arsitektur klasik. Namun sayangnya,  banyak bangunan kuno yang berada dalam kondisi rusak, tidak ditinggali, tidak terawat maupun diabaikan pemiliknya. Rumah-rumah lama tersebut sangat rawan untuk berubah, terutama dari segi fisik, mengingat bahwa Jalan Suryakencana merupakan kawasan strategis ekonomi juga. Pemilik bangunan banyak yang memilih untuk menjual bangunannya dikarenakan pajak yang tinggi dan besarnya biaya perawatan rumah tua ini. Bangunan tua seperti ini memang memerlukan perawatan khusus dengan biaya yang tidak sedikit. Umumnya hanya mereka yang mampu secara ekonomi yang masih mempertahankan bangunan tersebut, bagi mereka yang merasa sudah tidak sanggup lebih memilih untuk menjualnya.

Beberapa bangunan tua yang dijual pemiliknya
(Sumber: https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79554/1/A15nck.pdf)

            Letak geografis dan administrasi Secara geografis, Kawasan Pecinan Suryakancana termasuk dalam Kecamatan Bogor Tengah yang terletak pada 106o - 48o BT dan 6o – 38o LS. Batas administrasi untuk Kawasan Pecinan Suryakencana adalah sebagai berikut : - Utara : Jalan Otto Iskandar Dinata dan Kebun Raya Bogor - Timur : Sungai Cisadane dan Pulo Geulis - Selatan : Jalan Siliwangi - Barat : Jalan Empang dan Sungai Cipakancilan Kawasan Pecinan Suryakencana termasuk ke dalam Zoning Regulation Kawasan Strategis Kota Bogor yang telah dilakukan oleh Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor (BAPPEDA).

            Zoning regulation adalah suatu peraturan pembagian blok peruntukan (zona) yang mengacu kepada rencana klasifikasi penggunaan lahan di Kota Bogor serta kecenderungan penggunaan lahan di kawasan strategis. Kawasan Pecinan Suryakencana merupakan salah satu kawasan strategis yang memiliki nilai sejarah atau budaya yang berpotensi dalam pengembangan Kota Bogor.
 
            Penggunaan Lahan (Land use) Pola penggunaan lahan di Kawasan Pecinan Suryakencana didominasi dengan penggunaan lahan untuk fungsi ruang kegiatan perdagangan dan jasa, yaitu sebesar 44,01% atau dengan luas 25,48 ha. Hal ini sesuai dengan kawasan pecinan yang identik sebagai kawasan perniagaan. 

No
Kelurahan
Land Use
Luas (ha)
%
1
Kelurahan Babakan Pasar
Badan jalan
Kawasan hijau
Perdagangan dan jasa
Peribadatan
1,60
1,82
14,14
0,47
2,59
2,95
22,96
0,77


Perkantoran
0,20
0,32


Pemukiman
12,27
19,92


Sungai
0,93
1,52
2
Kelurahan Gudang
Badan jalan
Fasilitas pendidikan
Jalan kereta api
Kawasan hijau
Perdagangan dan Jasa
Perkantoran
2,18
0,48
0,09
1,61
12,96
1,36
3,55
0,77
0,14
2,61
21,05
2,21


Pemukiman
11,34
18,42


Sempadan sungai
0,00
0,00


Sungai
0,13
0,21


Tegalan
0,00
0,00

Jumlah
61,58
100

Tabel  Penggunaan lahan di Kawasan Pecinan Suryakencana
Sumber: BAPPEDA Kota Bogor 2011 


Aksesibilitas dan Sirkulasi

            Kawasan Pecinan Suryakencana terletak cukup strategis, yakni tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor. Hal ini menjadikan aksesibilitas menuju kawasan Pecinan Suryakencana tidaklah sulit. Pada kawasan ini diterapkan lalu lintas satu jalur (one way) dengan Jalan Suryakencana sebagai jalan utama dan diteruskan hingga Jalan Siliwangi. Terdapat beberapa jalan sekunder pada kawasan ini, diantaranya Jalan Roda, Jalan Pasar Bogor, Jalan Lawangseketeng, Jalan Pedati, Jalan Ranggagading, dan lainnya.  Untuk melalui kawasan ini dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Terdapat beberapa angkutan kota yang trayeknya melalui kawasan ini, seperti terdapat pada Tabel.

No. Angkot
Trayek
02
Sukasari – Terminal Bubulak
04
Warung Nangka – Ramayana
05
Ramayana – Pangrango – Cimahpar
06
Ramayana – Jl. Bangka – Ciheuleut
08
Warung Jambu – H. Juanda – Ramayana
10
Bantar Kemang – Sukasari – Merdeka
11
Pajajaran Indah – Pasar Bogor
18
Ramayana – Mulyaharja

Tabel Trayek angkutan kota yang melalui Kawasan Pecinan Suryakencana
Sumber: Bogor dalam Angka 2013



merupakan ilustrasi jalur naga Kawasan Pecinan Suryakencana.
(Sumber: https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79554/1/A15nck.pdf)

Pola Ruang

     Pecinan atau Perkampungan Cina merupakan suatu wilayah di dalam kota yang warganya didominasi oleh etnis Tionghoa. Jadi, tidak mengherankan jika terdapat perbedaan pada penataan kawasan ini bila dibandingkan dengan kawasan lain. Umumnya, kawasan pecinan memiliki kepadatan penduduk yang didominasi oleh etnis Tionghoa serta merupakan salah satu pusat perniagaan di kota tersebut. Tata letak bangunan di Kawasan Pecinan Suryakencana dikembangkan berdasarkan konsep “Punggung Naga”, dengan Vihara Dhanagun yang terletak di utara dilambangkan sebagai kepala naga dan Jalan Suryakencana hingga Jalan Siliwangi sebagai punggung naga atau jalur naga. 
Orientasi untuk bangunan kelenteng umumnya berada pada arah utara atau selatan. Vihara Dhanagun terletak di sebelah utara kawasan Pecinan yang dianggap sebagai dudukan, karena naga bersemayam di utara, sementara selatan dianggap sebagai samudera, sumber air dan sumber kehidupan. Ada anggapan juga bahwa bangunan yang menghadap ke barat laut dan tenggara adalah arah yang menghadap ke pintu kejahatan. Oleh karena itu, kelenteng/vihara dibangun dengan menghadap arah pecinan (selatan). Selain itu, menurut masyarakat setempat dengan menghadap pecinan, dewa-dewi  yang berada di kelenteng akan senantiasa melindungi kawasan pecinan dari segala mara bahaya.
Dulu, orang-orang kaya bertempat tinggal di Jalan Suryakencana, kalangan menengah tinggal di jalan-jalan sekunder, yaitu Jalan Pedati, Kampung Cincau, dan Jalan Roda. Bagi mereka yang tidak memiliki cukup biaya memilih tinggal di dekat sungai, karena dulu semakin dekat ke sungai maka kegiatan perekonomian semakin menurun dan yang tinggal di sini termasuk strata rendah. 


merupakan ilustrasi jalur naga Kawasan Pecinan Suryakencana.
(Sumber: https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/79554/1/A15nck.pdf)

Comments

Popular posts from this blog

ANALOGI DALAM ARSITEKTUR

KRITIK ARSITEKTUR - KRITIK NORMATIF

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan